“Managemen Konflik”
Oleh. : Rolly Johan, SH
Sering kali kita mendengar kata-kata Managemen Konflik, dan kata ini juga dijadikan satu senjata ampuh untuk melakukan manuver atau gerakan kekacauan dalam tubuh organisasi ataupun tempat bekerja. Namun ada baiknya kita kupas dulu, apa itu managemen konflik..? Managemen konflik merupakan proses dari sebuah rencana untuk mengelola konflik yang tersusun (strategi) yang dilakukan oleh pihak-pihak berkonflik sehingga mendapatkan resolusi yang diinginkan atau mencapai tujuan.
Tidak bisa dipungkiri, strategi ini salah satu ilmu pamungkas untuk menghancurkan sebuah tatanan baik di perusahaan maupun organisasi lainnya. Dan tidak bisa dipungkiri juga, setiap konflik bagian dari strategi seseorang untuk sebuah ambisi.
Konflik ini kerap terjadi dalam dunia kerja, seperti masalah persaingan kerja yang tidak sehat maupun personal tempat kita bekerja..
Selain itu, konflik ini juga dipengaruhi banyak faktor. Dimulai dari perselisihan, pertentangan, ataupun posisi yang timpang. Memang terkadang terlihat sepele, tapi akan menjadi besar jika masalah itu dibiarkan berkembang. Apalagi ambisi itu datang dari bisikan (provokasi), yang seakan mendukungnya untuk mencapai tujuan. Ini yang akan merusak sebuah tatanan yang telah lama berjalan. ini bisa kita sebut konflik vertikal, antara atasan dan bawahan.
Ada juga penyebab lain, yaitu perbedaan tujuan. Ini juga sering terjadi dalam sebuah organisasi dimana tidak adanya kekompakan dalam menyatukan arah tujuan, sehingga terjadi perbedaan pandangan yang berakibat terjadinya konflik. Lalu ada juga prilaku, ini juga dapat menjadi sumber konflik. Sebab seseorang akan menerima konsekwensi dari sebuah prilaku, jika prilakunya tidak baik dan akan menimbulkan perbedaan dalam sebuah tatanan.
Mau tak mau kita harus mengakui, jika terjadinya konflik merupakan bagian dari strategi yang diciptakan untuk mencapai tujuan. Dari pengalaman yang saya lihat, ada beberapa individu yang menganut faham managemen konflik ending hidupnya biasa saja. Bahkan pasca keberhasilannya, individu itu akan dicibir, dikucilkan manakala keberhasilannya telah berakhir. Mungkin ini juga bagian dari konsekwansi sebuah perbuatan, dan pasti juga diterima oleh provokator lainnya.
Demi menghindari konflik ini, ada beberapa cara yang harus dilakukan. Diantaranya, komunikasi, konsolidasi, berbagi, dan tidak mudah terprovikasi. Dengan menjalin komunikasi yang intens, maka akan terjalin kekompakan, persaudaraan dan mempererat silaturahim. Kemudian berbagi dan tidak terprovokasi, berbagi ini tidak hanya masalah keuangan saja tapi bisa berbagi memecahkan sebuah persoalan. Begitu juga dengan provokasi, ini yang harus dihindari agar menjaga soliditas sebuah organisasi. (*)