Pernyataan Inspektur, Di Anggap Nitizen Lampura Tak Masuk Akal

Img 20210804 Wa0050

KOTABUMI – Pernyataan Inspektur, Erwinsyah, S. STP, M. Si, tentang penyebab ‘tunggakan’ di ‎Rumah Sakit Umum Daerah H.M. Ryacudu Lampung Utara  akibat bludaknya pembayaran tenaga Honor Kesehatan, memantik emosi warganet. Banyak di antara mereka menganggap pernyataan itu sangat tidak masuk akal.

Sebelumnya, Inspektur Kabupaten Lampung Utara, M. Erwinsyah menyebutkan ‎bahwa penyebab terjadinya tunggakan honor tenaga kesehatan dan pembayaran obat – obatan di RS pelat merah itu diakibatkan oleh besarnya pengeluaran pembayaran honor dan operasional untuk para tenaga kesehatan.‎

Akun Facebook atas nama Rico Ardinata misalnya, mengatakan pernyataan tersebut sangat tidak masuk akal. Pengeluaran untuk membayar honor tenaga kesehatan sangat tidak sebanding dengan pedapatan RSUD tiap bulannya. Para tenaga kesehatan honorer hanya menerima sekitar Rp300 ribu/bulannya.

“Jangan – jangan yang kami terima Rp300rb, tapi ditulis dapat jutaan. Makanya bapak (Inspektur Kabupaten) bilang hutang milyaran karena gaji pegawainya,” sindir dia di grup Facebook Lampung Utara Bangkit Bersama, Rabu (4/8/2021).

Kritikan serupa juga dilontarkan oleh akun Facebook bernama Gandoll. ‎Hendaknya sebelumnya mengeluarkan pernyataan tersebut, pihak terkait mencari tahu dulu berapa besaran honor yang diberikan oleh manajemen RSUD. Besaran gaji perawat hanya berada di kisaran Rp300 ribu – Rp500 ribu saja/bulannya.

“Gaji kami perawat itu Rp300 ribu sampai Rp500 ribu, apa mungkin karena honor. (Yang masuk) Logika pak kalau mau nyalahin‎,” tulisnya dalam kolom komentar.

Begitupun dengan akun Facebook atas Nama Andi Okta Rya. Menurutnya, pernyataan itu jelas bukan pernyataan yang mereka tunggu – tunggu. Padahal, selama satu tahun ini, ia dan rekan – rekannya belum menerima gaji.

‎”Satu tahun kami enggak digaji, selama satu tahun pula anak istri kami kelaparan dan terlilit utang,” tegas dia.

‎Sementara itu, mantan Direktur RSUD H.M.Ryacudu Lampung Utara, Djauhari Thalib menyarankan pada pihak terkait untuk menghitung seluruh pendapatan yang diterima RSUD dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Pelbagai pengeluaran berikut dikeluarkan untuk apa juga harus dihitung secara detil.

“(Dengan begitu‎) akan didapat selisih uang yang tidak bisa dipertanggungjawabkan alias di korupsi,” urainya.

Direktur RS swasta Handayani Kotabumi ini mengatakan, apa yang terjadi saat ini berbanding terbalik dengan masa kepemimpinannya kala itu. Di bawah kepemimpinannya, pendapatan RSUD selalu saja melampaui target. Bahkan, RSUD merupakan unggulan dalam hal pencapaian Pendapatan Asli Daerah.

‎”Saya pernah memimpin RS Ryacudu selama enam tahun lebih, pendapatan RS malah menjadi unggulan PAD Lampung Utara. Selalu melampaui target,” kata dia. (*)

Please Post Your Comments & Reviews

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *