“Benang Kusut RSUD Ryacudu”
Oleh : Rolky Johan
Selasa, 10 Mei 2022
Ba”da Shalat Jum’at tiba-tiba Hand Phone berdering, setelah di lihat ternyata salah satu tokoh masyarakat Lampung Utara, Fran Andaly, S. Sos. Seketika itu HP saya angkat dan langsung mendengar suara beliau.
“Lagi dimana Ly, bisa main kerumah gak” tanya bang Fran Andaly.
“Lagi di rumah bang, baru selesai shalat Jum’at. Oke siap, sepuluh menit saya sampai di rumah abang” jawabku.
Jujur saja,, sebenarnya saya sempat terkejut manakala mendapat telepon ini, pasalnya tidak biasanya bang Fran ini meminta saya untuk.datang ke rumahnya. Akhirnya saya langsung kerumah beliau, dan benar saja kedatangan saya sudah di nantinya.
“Langsung masuk saja Ly, kita ngobrol di dalam,” terdengar suara dari dalam rumah meminta saya untuk segera masuk.
Setelah maauk dan berbincang pembukaan, akhirnya bang Fran Andaly ingin sharing mengenai keberadaan Rumah Sakit Ryacudu Kotabumi yang semakin hari semakin memperihatinkan.
“Sebagai masyarakat Lampung Utara, jujur saya miris melihat keadaan RSUD kita. Semakin lama semakin memperihatinkan. Baik pelayanan, sampai dengan infrastrukturnya. Bagaimana perspektif jurnalis seperti apa, smaa tidak dengan pandangan saya,” ujar Bang Fran seraya balik bertanya.
Mendengar ini saya pun tertegun sejenak, betapa tidak? Apa yang di utarakannya memang nyata keadaannya, dan dari hasil observasi saya dalam beberapa.hari di RSUD Ryacudu turut menguatkan pemikiran tokoh masyarakat Lampung Utara ini. Di mulai dari manajemen, pelayanan, obat sampai infrastruktur RSUD tersebut kian carut marut. Sehingga tak heran keadaaannya semakin memburuk, bahkan kondisinya RSUD di dalam terlihat menyeramkan.
Di sini saya akan mengupas tentang manajemen RSUD Ryacudu terlebih dahulu. Jauh sebelumnya, RSUD ini sangat baik saat dr. Djauhari Thalib di angkat menjadi direkturnya. Dari pelayanan, Dokter spesialis, ruangan, semua berjalan dengan baik. Para tenaga medis konsisten dalam bekerja, dan selalu on Time. Sehingga tidak pernah mengecewakan pasiennya.
Berkat keberhasilan inilah, akhirnya dr. Djauhari di promosikan menjadi Kepala Dinas Kesehatan Lampung Utara.
Berawal dari sinilah, keadaan RSUD Ryacudu lama semakin memburuk, baik pelayanan, bahkan ruang rawat inap seperti tidak terjaga dengan baik, terkesan kumuh dan menyeramkan. Jadi tidak heran, jika pasien yang di rawat bukan krkas sehat namun makin parah akibat suasana Rumah Sakit yang kurang perawatan.
Disamping itu, ada yang membuar kita miris. Ketika ada pasien yang masuk ke RSUD Ryacudu, 70% selalu di rujuk ke RS Bandar Lampung. Tidak hanya itu, jika kita masuk ke RSUD Riyacudu tersebut banyak alat-alat kesehatan yang harganya mahal dan masih di pergunakan tergeletak di sembarang tempat tanpa satupun yang peduli. Semestinya, pihak RSUD Ryacudu harus menyelamatkan barang berharga itu ke tempat yang lebih aman.
Setelah sekian menit saya mendian, akhirnya sayapun menjawab pertanyaan bang Fran Andaly.
“Saya melihat managemen RS Ryacudu tidak sehat bang. Bahkan terkesan apatis, dan tidak mempedulikan tempat di mana mereka bekerja,” ujarku.
Mendengar ini, Bang Fran langsung menganggukkan kepalanya dan menggatakan bahwa hal.inilah yang harus di benahi jika ingin RSUD Ryacudu membaik.
“Ini yang harus segera di benahi, jangan sampai mengganggu kenyamanan pasien. Apalagi kan sudah ada BLUD, mestinya pihak RS dapat bekerja sama dengan pihak ketiga kan,” ucapnya.
“Benar bang, dengan adanya BLUD bisa bekerja smaa dengan pihak ketiga. Tapi pertanyaannya, berjalankan BLUD tersebut?,” timpalku.
“Inilah yang membuat saya terpanggil, sebagai masyarakat sudah sewajarnya memberikan masukan kepada pemerintah daerah. Agar hal ini segera mungkin di atasi, demi kenyamanan pasien,” tuturnya.
Bersambung…,