“Apa Kabar Kota ku”
Oleh : Rolly Johan
Selasa, 04 Juli 2023
Lampung Utara sebelum di mekarkan menjadi 6 Kabupaten, yakni Tulang Bawang, Tulang Bawang Barat, Pesisisr Barat, Lampung Barat,Way Kanan, dan Mesuji merupakan salah satu Kabupaten terluas yang ada di Provinsi Lampung. Pertumbuhan ekonomi berjalan baik, para petani makmur, keamanan kondusif, pemerintahan berjalan baik, harmonis, dan kondusif, baik eksekutif, legislatif maupun yudikatif.
Seiring dengan rentang kendali, maka pada era 90-an daerah asri, sejuk, dan indah yaitu Liwa dan sekitarnya lepas dari Lampung Utara, daerah ini mekar menjadi menjadi sebuah Kabupaten yang dikenal sampai sekarang yaitu Kabupaten Lampung Barat. Berkat tangan dingin Letkol Umpu Singa sebagai Bupati pertama, daerah asri dan sejuk ini berkembang pesat tanpa merubah suasana asli daerah.
Mengingat wilayah ini merupakan area pegunungan dan sangat sulit di jangkau, maka sangat di butuhkan pemekaran kembali. Usulan para tokoh adat di Lambar saat itu, di setujui dan terbentuklah Kabupaten Pesisir Barat yang memisahkan diri dari induknya Kabupaten Lampung Barat pada tahun 2013.
Demikian juga dengan Kabupaten Tulang Bawang, dimana sebelumnya yang lebih di kenal dengan sebutan Menggala, yang merupakan bagian dari wilayah Lampung Utara turut memisahkan diri dari induknya dan mekar menjadi sebuah Kabupaten industri terkenal.yakni Kabupaten Tulang Bawang (1997). Berkat kegigihan Hi. Santori Hasan, sebagai Bupati. Tulang Bawang berkembang pesat dan menjadi kota industri dan wisata, hingga melahirkan Kabupaten Tulang Bawang Barat yang merupakan cucu dari Kabupaten Lampung Utara, sama.halnya dengan Kabupaten Pesisir Barat.
Pasca runtuhnya pemerintahan orde baru tahun 1998, pada tahun 1999 Lampung Utara kembali kehilangan sebagian wilayah. Dimana wilayah perbatasan Lampung Utara dan Sumatera Selatan yakni Kecamatan Blambangan Umpu dan sekitarnya turut di mekarkan menjadi Kabupaten Way Kanan. Dengan tangan keras Hi. Tamanuri, MM, selama dua periode, maka daerah yang di kenal gersang, dan banyak lahan tidur dapat di sulap menjadi kota yang indah dan nyaman.
Dari sejarah di atas, tentunya Kabupaten Lampung Utara ini akan semakin membaik dan sejahtera. Betapa tidak, dari rentang kendali, pelayanan publik sudah berkurang, apalagi masalah Aparatur Sipil Pegawai (ASN) juga berkurang karena hijrah ke daerah asal mereka.
Tapi sayangnya, Kabupaten Lampung Utara ibarat jalan di tempat bahkan kalah saing dengan anak dan cucunya yang belum lama berdiri.
Pertanyaannya adalah, apa kabar Kota ku..? mengapa begitu sulit berkembang bahkan tertinggal..?. Sebagai masyarakat pribumi dan lahir di kota ini mungkin kita banyak mengetahui masalah apa yang sedang terjadi di Lampung Utara, Khususnya yang terjadi saat ini, dimana begitu kompleksnya masalah di Lampung Utara. Dimuiai dengan sebutan termiskin, kota Begal, koruptor, dan lain sebagainya, hingga hingar bingar terus berlangsung sampai saat ini. Parahnya lagi, Kabupaten tua ini sekarang ibarat kehilangan induk dan terkesan pemimpinnya atau bupatinya tidak peduli dengan masalah yang ada di lingkungannya.
Dari data yang di himpun Warna ID dengan menyebut Lampung Utara termiskin, Bupati Jarang Ngantor, ibarat Kehilangan Induk, Bupati Tidak Tanggap, sangatlah benar adanya. Ini bisa di buktikan dari berapa persen menurunnya angka kemiskinan, berapa.kali bupati ngantor dalam sebulan bahkan setahun, seberapa. tanggap bupati pada masalah yang begitu kompleks terjadi di Lampung Utara,.
Nah dengan keadaan ini sudah pasti banyak yang bertanya, apa sih kerja Bupati selama ini..? Sementara banyak pekerjaan rumah (PR) bupati di depan mata yang segera di selesaikan, seperti gaji 13 ASN, Bonus Atlit Porprov, menjaga keharmonisan Forkopimda, meningkatkan perekonomian, Pendapatan asli Daerah dan lain sebagainya. Sehingga Kabupaten tua ini dapat maju dan berkembang, bukan hanya sekedar urusan roling meroling atau lantik melantik pejabat saja tugasnya. Kondusifitas daerah, kesejahteraan, perekonomian dan PAD haru diutamakan, sehingga kegiatan seremoni bukan menjadi skala prioritas.
Jujur saja, Kabupaten Lampung Utara dalam 5 tahun terakhir tidak ada kemajuan bahkan semakin memburuk dan memperihatinkan. Ironinya, pemimpinnya saat ini terkesan ‘cuek’ alias tidak peduli apa yang terjadi. Seharusnya, sebagai pemimpin dapat tanggap dengan masalah dan bukan menambah masalah, sehingga Lampung Utara di sisa akhir masa jabatannya dapat meninggalkan kesan yang baik. Jangan sebaliknya, di sisa jabatan mendapat hujatan dan sumpah serapah dari masyarakatnya. (*)